Makna Kesenangan dan kebahagiaan

Kesenangan adalah hal yang berbeda dengan kebahagian.
Kesenangan muncul ketika hal-hal diluar diri kita sesuai dengan yang kita keinginan, sedangkan kebahagiaan tidak berurusan dengan hal-hal eksternal seperti itu.

Karena Kesenangan dan penderitaan adalah seperti dua sisi mata uang, Kesenangan timbul karena adanya penderitaan yg melatar belakanginya, demikian pula sebaliknya bhw penderitaan ada dan tercipta karena kesenangan yg ada dibaliknya.

Sedangkan Bahagia adalah sesuatu bebas dari dua hal itu. Yakni bebas dari kesenangan maupun penderitaan. Bahagia tdk tergantung dari kesenangan dan juga penderitaan yang kita alami.
Bahagia adalah suasana batin yg bebas dari konflik internal yg dlm diri seseorang. Karna Pikiran yang penuh konflik adalah pikiran yang menderita. Pikiran yang menderita tidak lain karena upaya menyenangi sesuatu dan juga karena upaya membenci sesuatu.
Ketika konflik antara menyenangi dan membenci berhenti, maka secara alami yang ada adalah kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah sesuatu yang sebetulnya sudah ada sejak kita dilahirkan dan merupakan bagian dari bekal yang Alloh tanamkan dalam hati kita utk menjalani hidup di dunia ini. Oleh karenanya kebahagian tdklah bisa lenyap.

Sedangkan Penderitaan dan kesenangan adalah ciptaan kita. Karena keduanya adalah ciptaan kita maka keduanya juga bisa kita lenyapkan.

Oleh karenanya jk seseorang ingin merasakan apa yg namanya bahagia maka seyogya seseorang harus mampu menekan nalurinya utk bersenang senang dan mencari kesenangan, karena dg menekan hal tersebut mk secara otomatis potensi utk mengalami penderitaan juga akan menghilang dengan sendirinya.
Jadi berburu kebahagiaan adalah upaya yang sia-sia. Karena seharusnya Yang dilakukan adalah menyadarinya, mengetahuinya dan memahaminya dari dalam, lalu kemudian merasakannya.#

Ayam Sayur

“KITA BUKAN AYAM SAYUR”

Kita…….
Kita bukanlah Seekor ayam sayur yg hanya hilir mudik dan berputar putar mengelilingi sepetak pelataran yg ada di dlm diri dan terjerat dalam kecamuk masalah yang tak menentu arah,

Kita bukanlah Ayam Sayur yang terperosok dan terjebak di kedalaman jurang harapan yg tak pasti.. Harapan yang menjajikan datangnya sebuah angan yg tak penting untuk diratapi…

Kita bukanlah ayam sayur yang selalu Tersiksa dan terkoyak dlm kebimbangan yang kosong, Hampa dan sia sia…

Kita bukanlah ayam sayur yang Terjerat dg kaki pincang tak berdaya..
Yang Hanya Menunggu segenggam jagung dan tetesan air yg datang karena guyuran hujan..

Kita bukanlah ayam sayur Yang hanya berkokok dan berkotek saat lapar dan dahaga, lalu menerima tentang kelemahan dan kerapuhan jiwa kita…

Kita bukanlah Ayam Sayur yg hanya bisa menghindar dan lari dari gejolak rasa dan dari bayang-bayang kejayaan cinta masa lalu yang tak berguna…

Dan kita bukalah ayam sayur yg tak mampu berdiri untuk berjalan kembali, meninggalkan sisa sisa sampah kehidupan masa lalu seiring berjalannya waktu.#

PUISI KEHIDUPAN

“LELAKI DIUJUNG WAKTU”

Aku….
Aku berdiri ditepian hari menanti panggilan pertanggung jawaban yg pasti akan kulalui…

Aku berdiri diujung waktu menunggu kedatangan Izroil yang telah ditetapkan terhadapku…

Aku berdiri dg kaki gemetar dan penglihatan nanar memandang dunia yang sewaktu waktu meluluh lantakkan batin dan imanku…

Aku berdiri menanti seribu pertanyaan yg akan menghantarkan diriku menuju keabadian siksa atau kebahagiaan tak terbatas masa…

Aku….
Aku lelaki penuh sayatan dan luka menganga di dalam dada, yang kini Berdiri di ujung waktu menanti penganpunan dlm sepi.. dingin… dan sendiri.#

Puisi “PERJALANAN HIDUP”

Kita sama sama mengerti bahwa semua akan berlalu.. Berlalu seperti masa kecil yang pernah kita tinggalkan dulu…

Ada beberapa hal yg berlalu dengan menyisahkan sesuatu yang seolah takkan pernah tuntas.. Seperti kabut abadi yang tak mau pergi dari dalam hati..

Ada beberapa hal yg masih melekat dengan kuat dan tak pernah bisa terlepas.. timbul dan tengegelam dlm pikiran seperti sampan diantara gelombang..

 

Kita semua adalah para pejalan yang berpetualang dipadang kehidupan.. Pejalan, yang Berjalan dibelantara berduri tanpa alas kaki..

Pejalan yang berjalan tanpa perlindungan selain lindunganNya..

Maka Datanglah.. Datanglah Kepada Sesuatu Yang selalu Bisa Membuat kita tenang di keheningan malam…

Yang Melindungi dan Menyayangi kita tanpa kata…

Yang Menjaga kita disetiap berguliran Waktu subuh, siang, maupun petang…

Yang selalu menuntun kita dalam menyusuri jalan jalan dunia yg terjal dan berliku..

Hidup ini Terlampau Singkat Untuk dilewatkan Bersama Pilihan Pilihan yang tidak sesuai dg pilihan-Nya.#

SAJAK KEHIDUPAN

“HUJAN DI WAKTU SUBUH”

 

Terdengar sayup sayup tembang diatas langit berbisik tentang jiwa2 yang terlelap oleh dinginnya malam beriring guyuran hujan…

Gemericik tetesan air diteras depan bagai irama alam yang menyambut kemenangan bagi jiwa jiwa yg tidak terlena dlm buaian mimpi indah dunia yang fana, dan menggoda.

Ayam jantan berkokok bersautan, bertasbih dan mengagungkan kebesaran Penguasa Alam untuk membangunankan raga raga yang terlena oleh suka dan duka kehidupan dunia..

Menara menara masjid berseru mengajak hamba hamba yang terlindas oleh roda waktu untuk bangkit dan menghadapkan wajahnya Kearah Penguasa waktu.

Malam telah berlalu.. Subuh telah datang Dan Pagipun telah menanti utk kita mempersiapkan kembali bekal yang akan kita bawa menjelang hari yang tidak memerlukan amal lagi.#

KONSISTEN DALAM PERUBAHAN (MOTIVASI KEHIDUPAN)

Para pakar Motivasi sering kali menyampaikan bahwa kehidupan senantiasa dinamis dan berubah; tidak ada yang tetap di dunia ini karena yang tetap hanyalah perubahan itu sendiri. Karena hal itulah maka Konsisten Dalam Perubahan sangatlah penting untuk dijadikan prinsip dalam menjalani hidup yang selalu dinamis dan berubah.

Alloh telah menetapkan untuk kehidupan manusia suatu hukum alam (Sunnahtulloh) bahwa dunia ini selalu berubah; Ada kalanya perubahan itu bersifat positif; yaitu perubahan dari suatu hal yang buruk menjadi baik, atau sebaliknya. Yang jelas semuanya akan selalu berubah. Kita inginkan atau tidak, kita mau bergerak ataupun tidak.. Kita akan terus berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk dan akhirnya akan punah dari kehidupan dunia ini dengan sendirinya.
Di dalam Al Quran Alloh telah menyatakan bahwa sebenarnya perubahan apapun dari diri kita adalah tergantung pada diri kita sendiri,

images-5
“Demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah di anugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum;, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS Al-Anfal [8]: 53)

Ayat di atas merupakan petunjuk sekaligus anjuran agar kita senantiasa berubah; karena Kita sering kali tidak menyadari dan kurang tepat memahami bahwa perubahan hidup kita sebenarnya ada di tangan kita sendiri; Dan agar kita tidak terlena dengan yang namanya “statis Kenyamanan” karena Kenyamanan sebenarnya adalah Musuh Dari perubahan.

Kenyamanan adalah musuh dari perubahan

Kenyamanan Inilah yang sering kali menjadi alasan mengapa orang malas untuk berubah; sekalipun dia tahu bahwa perubahan akan membawa kebaikan dan kemajuan, karena memang proses perubahan itu rasanya tidak nyaman.
Bisa jadi kita tidak nyaman karena kita berubah sendirian. atau Bisa jadi tidak nyaman karena lingkungan kita tidak mendukung adanya suatu perubahan; Bisa juga tidak nyaman karena kita kewalahan, stress atau kelelahan. Karena perubahan untuk menuju puncak kebaikan dan kemulyaaan hidup adalah memang menanjak dan teramat melelahkan.
Karena di dalam perubahan kita di tuntut untuk selalu berani menantang dan melawan diri sendiri untuk melakukan perubahan terus-menerus.

Konsisten Dalam Perubahan artinya adalah selalu Memperbaiki diri, mengevaluasi pikiran, tindakan, maupun kebiasaan kita setiap saat.
Di ayat lain Allah juga menyatakan ”Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat”

Dari sini kita tahu bahwa kunci perubahan derajat seseorang adalah Imannya dan Pintu kemulyaan seseorang adalah ilmunya.
Maka dari itu perubahan dalam cara berfikir dan perilaku sekecil apapun dalam rangka untuk meningkatkan iman dan ilmu; ketika kita lakukan secara kontinyu dan istiqomah pasti akan memberi hasil yang nyata dalam hidup kita; karena Kebiasaan kita hari ini akan membentuk karakter baik di masa depan; dan karakter yang baik akan membentuk sikap mental yang merupakan jembatan yang akan menghantarkan kemulyaan derajat di penghujung usia kita sampai akherat kelak.#

Kesempurnaan hidup

Setiap orang selalu menginginkan dan mengharapkan kesempurnaan dalam setiap aspek kehidupannya. Kita semua sering kali berlomba dan berusaha menggapai apa yang namanya kesempurnaan hidup.

Dan rata rata dari kita seringkali mengganggap bahwa Perjalanan menuju kesempurnaan hidup adalah proses yang panjang dan melelahkan. Kita harus melalui jalan jalan yang terjal dan mendaki, kita harus selalu memikirkan dan senantiasa berhati hati dalam setiap langkah yang kita putuskan. Semuanya dalam rangka untuk menuju suatu titik yang namanya hidup yang kesempurnaan.

Akan tetapi sebetulnya ada yang perlu di renungkan kembali, apakah ada kesempurnaan hidup di dunia ini…?

Jika kesempurnaan itu ada, maka dimana adanya dan bagaimana cara mencapainya..?

Kisah Kahlil Gibran menemukan makna dari kesempurnaan hidup

Dalam suatu kisah, seorang filosof dan penyair bernama Kahlil Gibran pernah bertanya pada gurunya tentang makna kesempurnaan dalam hidup.

Sang guru berkata, “berjalanlah lurus di taman bunga, lalu pentiklah bunga yang paling indah menurutmu dan jangan pernah kembali ke belakang.
Lalu, Kahlil Gibran mengikuti nasehat gurunya. Ia berjalan dan sampai di ujung taman, namun ia tak memetik sekuntum bungapun.

Gurunya bertanya, “kenapa kamu tidak mendapatkan bunga barang sekuntum..?

Gibran menjawab, “sebenarnya tadi aku sudah menemukannya, tapi aku tidak memetiknya karena aku pikir mungkin yang di depan pasti ada yang lebih indah. Namun, ketika aku sudah sampai di ujung taman, aku baru sadar bahwa yang aku lihat tadi adalah bunga yang terindah, namun aku tak bisa kembali ke belakang lagi.
Sang guru berkata, “itulah hidup, semakin kita mencari kesempurnaan, semakin kita tidak akan pernah mendapatkannya. Sebab, sebenarnya didunia ini kesempurnaan yang hakiki tidak akan pernah ada.

Kesempurnaan Hidup hanya ada di dalam hati

“Kesempurnaan hanya ada dalam hati yang ikhlas untuk menerima kekurangan dari sesuatu.”
Secara filosofis, nasehat sang guru mengajarkan kepada kita bahwa kesempurnaan dari sesuatu hal berbanding lurus dengan kemampuan hati dalam menerima ketidaksempurnaan dan kekurangan itu sendiri.

Kesempurnaan hidup tergantung seberapa besar hati mampu menerima semua yang terjadi dalam hidup kita.

 

Dan itulah salah satu makna dari Hati yang Kaya, yakni hati yang mampu bersikap “Zuhud, Qona’a (merasa cukup) serta Ikhlas” karena ketiganya adalah penyempurna terhadap segala sesuatu yang ada di kehidupan dunia. Jika hati kaya, maka semua hal akan terasa sempurna.

Dan yang perlu di pahami lagi adalah bahwa untuk bisa bersikap Zuhud, Qona’ah, dan Ikhlas tidak hanya batin yang harus di paksa menerima tanpa penjelasan yang logis, akan tetapi seseorang harus mampu juga memahaminya menurut logika akalnya agar sejalan dan tidak timpang antara batin dan akal.

Jika kita memahami dengan benar bagaimana memahami konsep rezeki, insyaallah akan lebih mudah bagi kita untuk merasakan kebahagiaan. (Baca konsep Rezeki.. ).

Bukannya kekayaan itu karena banyaknya harta dan benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya ialah kekayaan hati.”
(HR.Muttafaqun Alaih)

Baca dan Tonton:

Bahagia menurut Islam

Sufi di era kita

 

Sufi adalah Ibarat manusia tanpa tempat dan waktu, berdiam di dunia tetapi tidak terikat dengan dunia..

Dia berjalan di muka bumi dengan pandangan hati menembus ke langit, ia memandang alam dan linkungan sebagai ayat ayat kauniyah yang penting untuk di tadaburi, ia memahami dan memandang materialisme kebendaan, kekuasaan dan kemapanan sebagai hal hal yang bernilai religius.

Dia penuh kasih sayang terhadap saudara seiman tetapi dia juga Menyerang dan menerjang untuk menjalankan kewajibanya dalam ber-nahi mungkar.!

Seorang Sufi memandang harta dan kekayaan sebagai alat uji yang  kedermawanan sekaligus sebagai beban yang harus ia pertanggungjawabkan di yaumul hisab kelak, memandang pangkat dan jabatan sebagai media amar makruf dan nahi mungkar, memandang ketampanan dan kecantikan sebagai godaan yang siap memangsa iman dan ketaqwaan…

Sufi mamandang kucing jalanan yang kelaparan sebagai ladang sedekah tiap pagi dan petang..

Memandang medsos dan dunia maya sebagai ladang persemaian kata kata yang berbuah sedekah jariyah saat berada di alam barzah..

Memandang perkumpulan dan komunitas sebagai ladang bercocok tanam dalam amal dan kebaikan…

Memandang harta dan keluarga sebagai investasi utk mendulang kekayaan di akherat nanti…

Sufi bukanlah corak kehidupan yang meninggalkan aspek-aspek kebendaan dg mengesampingkan urusan-urusan dunia.

Bagaimana mungkin seorang yang memahami kesufian meninggalkan urusan-urusan dunianya, sementara ladang amal terbaik telah Allah tebarkan justru melalui kepayahan dan suka duka hidup di dunia???

 

Secara prinsip seorang Sufi hanya tertarik pada esensi dan bukan bentuk yang kasat mata…

Dia tertarik dengan nilai nilai religius dan bukannya penampilan luar meski secara visual nampak indah, glamor penuh kemapanan dan kekuasaan …

Dia melihat dengan jernih dan tajam apa yang ada di dalam dan meredupkan pandangan ketika melihat penampilan di luar.

Kehidupan sufistik tidaklah dicapai dengan pergi ke gunung dan gua-gua demi menghindari masyarakat manusia dan meninggalkan pernik-pernik duniawi. Tetapi Sufi adalah tidak mengisi hatinya dengan kecintaan terhadap dunia.

Sufi adalah sebuah sikap hidup yang mengedepankan kehidupan akhirat sebagai tujuan yang jauh lebih hakiki dari kehidupan dunia yang sementara.

Sufi adalah memahami bahwasanya dunia hanyalah sebuah jembatan yang musti dilalui, sehingga tidak pada tempatnya berlomba lomba dalam kemewahan, mobil, harta dan membangun citra diri dan jugaj rumah-rumah mewah di atas jembatan dunia, yang setiap saat bisa musna atau justru ditinggalkan karena kematian telah mendatanginya.

Pemahaman Sufistik yg tepat akan melahirkan prinsip dan sikap mental yang Kokoh serta religius dalam diri seorang muslim, tidak mudah mengeluh menghadapi setiap kesulitan2 dan permasalahan hidup, bermental pekerja keras sekaligus anti kikir dan bakhil, lembut terhadap kebaikan tetapi juga keras menghadapi kebatilan.

Pemahaman Sufistik yang benar pada akhirnya akan melahirkan kesadaran bahwa usia hidup adalah kesempatan yg terbatas untuk bekerja dan berjuang sekeras2nya dengan semangat  “Fastabiqul Qoirot”(berlomba lomba dlm kebaikan) demi mempersiapkan kehidupan abadi di akhirat nanti.#

Wallahu A’lam Bishawab.